Maafkan
aku Ayah. Mungkin karena aku Bunda meninggakan Ayah. Karena aku Ayah
menghabiskan uang. Karena aku yang cacat ini yang selalu menyusahkan Ayah. Ayah
yang mengurusku, ditemani kecacatanku. Aku tau mungkin engkau sedih namun
berusaha menutupinya. Akupun sedih dan menyesal harus merepotkanmu Ayah.
Maafkan aku yang memberimu kesialan dalam hidup. Semenjak ada aku disisimu,
bukan ketenangan yang ada dihati dan jiwamu. Justru rasa yang tak bisa
terungkapkan sungguh buruknya. Hanya engkau Ayah, yang menemaniku setiap waktu.
Hanya engkau Ayah, yang menganggapku ada. Maaf
Ayah, inilah aku. Menyusahkanmu.
Tuhaan, mungkin aku terima
cacat seperti ini jika saja orang-orang bisa menerimaku selayaknya mereka
menerima orang-orang normal. Aku juga bisa saja ikhlas menjadi bahan perolokkan
mereka jika saja mereka tidak juga mengolok-olok Ayahku dan juga bisa sedikit
menghibur dan bermain bersamaku.
Lantas Bunda, kenapa kau
buang aku saat kau tau aku lahir seperti ini? Taukah Bunda, aku butuh engkau
Bunda. Aku
butuh seseorang yang menyemangatiku ditengah-tengah neraka dunia ini. Ditengah-tengah
kebahagiaan mereka dan kesedihanku saat adat mengolokku itu tiba Bunda. Mungkin
aku memang tak pantas menjadi anakmu, namun haruskah kau tinggalkan juga Ayahku
Bunda? Kenapa kau tidak memilih untuk membuangku saja dan tetap bersama Ayah?
Tak sudi rasanya menjadi alasan perpisahan kalian. Atau kenapa kau harus
mempertahankan aku dirahimmu jika akhirnya aku dikucilkan oleh Bundaku sendiri?
Akankah karena alasan kau tak tau wujud seperti apa yang akan lahir? Kau tau
Bundaku tersayang? Itu berarti kau tidak siap menyayangi seorang anak, Bunda.
Ayahlah yang benar siap menerima kasih sayang dan mengasih sayangi anaknya,
Bunda. Aku
terima jika aku tak diterima. Namun aku tak terima jika orang yang kusayang juga
ikut tak diterima. Karna ia menyayagiku, karna ia ku sayang.
Karna aku. Ia menjadi bahan pelecehan.
Kawan, kenapa kalian tidak
ingin bermain denganku? Malukah kalian terhadap orang-orang lain yang melihat
kita bermain nanti? Aku terima itu. Aku terima jika aku memang memalukan dan
tak selevel dengan kalian bahkan tidak sepantasnya mengenal kalian. Tapi apakah
kalian punya alasan untuk mengolokku seperti yang biasa kalian lakukan?
Begitukah cara kalian menghiburku? Atau itukah niat kalian menghibur dirimu dan
menjatuhkanku? Aku tau aku memang jauh dibawah kalian. Tapi pantaskah kalian
memperlakukanku seperti ini? Bukankah kita diciptakan oleh Tuhan dan
bahan yang sama? Sederajatkah kalian dengan Tuhanku? Jauh derajatkah aku dengan
kalian?
Akulah sang orang cacat.
Namun bukan kemauanku seperti ini. Tuhan yang memerintahkan tanah itu,
berbentuk dan berwujud seperti ini. Seperti
apa yang kalian lihat padaku. Haruskah aku marah pada Tuhan? Andai saja aku
berani, mungkin aku lakukan. Tapi aku jauh lebih menghargainya. Jauh lebih
menghargai Tuhanku. Bahkan terkadang aku mencoba merasa spesial karna berbeda
dengan kalian. Bahkan terkadang aku mencoba merasa bersyukur tidak memiliki
sifat keji seperti kalian.
Tolong, jangan bedakan aku
seperti ini. Aku sama dengan kalian. Juga ingin
mempunyai sesuatu yang berharga, juga ingin dihibur, bahkan juga ingin bermain
dan akupun seorang manusia yang bersifat sosial yang butuh bantuan dari orang
lain. Kalian. Jika saja aku bisa memilih seperti apa wujudku ini. Tapi sayang,
sungguh aku hanya bisa menerima.
Kau tau? Sulit untuk mencoba
ikhlas. Karna apa? Karna tingkah kalian yang takut padaku. Cukup sakit saat
kalian menjauhiuku. Sungguh membingungkan apa yang salah dariku? Demi Tuhan,
aku tidak jahat dan tidak akan membuat kalian menjadi jahat. Sulit untuk
menyadari diri bahwa tubuhkulah yang membuat kalian menilai aku aneh dan mulai
takut padaku bahkan menjauhiku.
Tolong, jangan jauhi aku.
Jangan sakiti hati ini lagi. Jangan menambahkan dosa kalian lagi. Maaf, jujur
aku sakit dan jujur aku tersiksa jika kalian masih menganggapku buruk. Biarkan
aku hidup dengan caraku, wujudku, dan fikiranku. Bantu aku dalam menjalani
hidup upnormalku.
1 komentar:
kisah ceritanya aku banget... semoga mereka sadar
Post a Comment