Pages

Thursday, November 17, 2011

Ungkapan Hati 'Si Ubnormal'


          Maafkan aku Ayah. Mungkin karena aku Bunda meninggakan Ayah. Karena aku Ayah menghabiskan uang. Karena aku yang cacat ini yang selalu menyusahkan Ayah. Ayah yang mengurusku, ditemani kecacatanku. Aku tau mungkin engkau sedih namun berusaha menutupinya. Akupun sedih dan menyesal harus merepotkanmu Ayah. Maafkan aku yang memberimu kesialan dalam hidup. Semenjak ada aku disisimu, bukan ketenangan yang ada dihati dan jiwamu. Justru rasa yang tak bisa terungkapkan sungguh buruknya. Hanya engkau Ayah, yang menemaniku setiap waktu. Hanya engkau Ayah, yang menganggapku ada. Maaf Ayah, inilah aku. Menyusahkanmu.
          Tuhaan, mungkin aku terima cacat seperti ini jika saja orang-orang bisa menerimaku selayaknya mereka menerima orang-orang normal. Aku juga bisa saja ikhlas menjadi bahan perolokkan mereka jika saja mereka tidak juga mengolok-olok Ayahku dan juga bisa sedikit menghibur dan bermain bersamaku.
          Lantas Bunda, kenapa kau buang aku saat kau tau aku lahir seperti ini? Taukah Bunda, aku butuh engkau Bunda. Aku butuh seseorang yang menyemangatiku ditengah-tengah neraka dunia ini. Ditengah-tengah kebahagiaan mereka dan kesedihanku saat adat mengolokku itu tiba Bunda. Mungkin aku memang tak pantas menjadi anakmu, namun haruskah kau tinggalkan juga Ayahku Bunda? Kenapa kau tidak memilih untuk membuangku saja dan tetap bersama Ayah? Tak sudi rasanya menjadi alasan perpisahan kalian. Atau kenapa kau harus mempertahankan aku dirahimmu jika akhirnya aku dikucilkan oleh Bundaku sendiri? Akankah karena alasan kau tak tau wujud seperti apa yang akan lahir? Kau tau Bundaku tersayang? Itu berarti kau tidak siap menyayangi seorang anak, Bunda. Ayahlah yang benar siap menerima kasih sayang dan mengasih sayangi anaknya, Bunda. Aku terima jika aku tak diterima. Namun aku tak terima jika orang yang kusayang juga ikut tak diterima. Karna ia menyayagiku, karna ia ku sayang. Karna aku. Ia menjadi bahan pelecehan.
          Kawan, kenapa kalian tidak ingin bermain denganku? Malukah kalian terhadap orang-orang lain yang melihat kita bermain nanti? Aku terima itu. Aku terima jika aku memang memalukan dan tak selevel dengan kalian bahkan tidak sepantasnya mengenal kalian. Tapi apakah kalian punya alasan untuk mengolokku seperti yang biasa kalian lakukan? Begitukah cara kalian menghiburku? Atau itukah niat kalian menghibur dirimu dan menjatuhkanku? Aku tau aku memang jauh dibawah kalian. Tapi pantaskah kalian memperlakukanku seperti ini? Bukankah kita diciptakan oleh Tuhan dan bahan yang sama? Sederajatkah kalian dengan Tuhanku? Jauh derajatkah aku dengan kalian?
          Akulah sang orang cacat. Namun bukan kemauanku seperti ini. Tuhan yang memerintahkan tanah itu, berbentuk dan berwujud seperti ini. Seperti apa yang kalian lihat padaku. Haruskah aku marah pada Tuhan? Andai saja aku berani, mungkin aku lakukan. Tapi aku jauh lebih menghargainya. Jauh lebih menghargai Tuhanku. Bahkan terkadang aku mencoba merasa spesial karna berbeda dengan kalian. Bahkan terkadang aku mencoba merasa bersyukur tidak memiliki sifat keji seperti kalian.
          Tolong, jangan bedakan aku seperti ini. Aku sama dengan kalian. Juga ingin mempunyai sesuatu yang berharga, juga ingin dihibur, bahkan juga ingin bermain dan akupun seorang manusia yang bersifat sosial yang butuh bantuan dari orang lain. Kalian. Jika saja aku bisa memilih seperti apa wujudku ini. Tapi sayang, sungguh aku hanya bisa menerima.
          Kau tau? Sulit untuk mencoba ikhlas. Karna apa? Karna tingkah kalian yang takut padaku. Cukup sakit saat kalian menjauhiuku. Sungguh membingungkan apa yang salah dariku? Demi Tuhan, aku tidak jahat dan tidak akan membuat kalian menjadi jahat. Sulit untuk menyadari diri bahwa tubuhkulah yang membuat kalian menilai aku aneh dan mulai takut padaku bahkan menjauhiku.
          Tolong, jangan jauhi aku. Jangan sakiti hati ini lagi. Jangan menambahkan dosa kalian lagi. Maaf, jujur aku sakit dan jujur aku tersiksa jika kalian masih menganggapku buruk. Biarkan aku hidup dengan caraku, wujudku, dan fikiranku. Bantu aku dalam menjalani hidup upnormalku.

1 komentar:

Unknown said...

kisah ceritanya aku banget... semoga mereka sadar

Post a Comment

Ungkapan Hati 'Si Ubnormal'


          Maafkan aku Ayah. Mungkin karena aku Bunda meninggakan Ayah. Karena aku Ayah menghabiskan uang. Karena aku yang cacat ini yang selalu menyusahkan Ayah. Ayah yang mengurusku, ditemani kecacatanku. Aku tau mungkin engkau sedih namun berusaha menutupinya. Akupun sedih dan menyesal harus merepotkanmu Ayah. Maafkan aku yang memberimu kesialan dalam hidup. Semenjak ada aku disisimu, bukan ketenangan yang ada dihati dan jiwamu. Justru rasa yang tak bisa terungkapkan sungguh buruknya. Hanya engkau Ayah, yang menemaniku setiap waktu. Hanya engkau Ayah, yang menganggapku ada. Maaf Ayah, inilah aku. Menyusahkanmu.
          Tuhaan, mungkin aku terima cacat seperti ini jika saja orang-orang bisa menerimaku selayaknya mereka menerima orang-orang normal. Aku juga bisa saja ikhlas menjadi bahan perolokkan mereka jika saja mereka tidak juga mengolok-olok Ayahku dan juga bisa sedikit menghibur dan bermain bersamaku.
          Lantas Bunda, kenapa kau buang aku saat kau tau aku lahir seperti ini? Taukah Bunda, aku butuh engkau Bunda. Aku butuh seseorang yang menyemangatiku ditengah-tengah neraka dunia ini. Ditengah-tengah kebahagiaan mereka dan kesedihanku saat adat mengolokku itu tiba Bunda. Mungkin aku memang tak pantas menjadi anakmu, namun haruskah kau tinggalkan juga Ayahku Bunda? Kenapa kau tidak memilih untuk membuangku saja dan tetap bersama Ayah? Tak sudi rasanya menjadi alasan perpisahan kalian. Atau kenapa kau harus mempertahankan aku dirahimmu jika akhirnya aku dikucilkan oleh Bundaku sendiri? Akankah karena alasan kau tak tau wujud seperti apa yang akan lahir? Kau tau Bundaku tersayang? Itu berarti kau tidak siap menyayangi seorang anak, Bunda. Ayahlah yang benar siap menerima kasih sayang dan mengasih sayangi anaknya, Bunda. Aku terima jika aku tak diterima. Namun aku tak terima jika orang yang kusayang juga ikut tak diterima. Karna ia menyayagiku, karna ia ku sayang. Karna aku. Ia menjadi bahan pelecehan.
          Kawan, kenapa kalian tidak ingin bermain denganku? Malukah kalian terhadap orang-orang lain yang melihat kita bermain nanti? Aku terima itu. Aku terima jika aku memang memalukan dan tak selevel dengan kalian bahkan tidak sepantasnya mengenal kalian. Tapi apakah kalian punya alasan untuk mengolokku seperti yang biasa kalian lakukan? Begitukah cara kalian menghiburku? Atau itukah niat kalian menghibur dirimu dan menjatuhkanku? Aku tau aku memang jauh dibawah kalian. Tapi pantaskah kalian memperlakukanku seperti ini? Bukankah kita diciptakan oleh Tuhan dan bahan yang sama? Sederajatkah kalian dengan Tuhanku? Jauh derajatkah aku dengan kalian?
          Akulah sang orang cacat. Namun bukan kemauanku seperti ini. Tuhan yang memerintahkan tanah itu, berbentuk dan berwujud seperti ini. Seperti apa yang kalian lihat padaku. Haruskah aku marah pada Tuhan? Andai saja aku berani, mungkin aku lakukan. Tapi aku jauh lebih menghargainya. Jauh lebih menghargai Tuhanku. Bahkan terkadang aku mencoba merasa spesial karna berbeda dengan kalian. Bahkan terkadang aku mencoba merasa bersyukur tidak memiliki sifat keji seperti kalian.
          Tolong, jangan bedakan aku seperti ini. Aku sama dengan kalian. Juga ingin mempunyai sesuatu yang berharga, juga ingin dihibur, bahkan juga ingin bermain dan akupun seorang manusia yang bersifat sosial yang butuh bantuan dari orang lain. Kalian. Jika saja aku bisa memilih seperti apa wujudku ini. Tapi sayang, sungguh aku hanya bisa menerima.
          Kau tau? Sulit untuk mencoba ikhlas. Karna apa? Karna tingkah kalian yang takut padaku. Cukup sakit saat kalian menjauhiuku. Sungguh membingungkan apa yang salah dariku? Demi Tuhan, aku tidak jahat dan tidak akan membuat kalian menjadi jahat. Sulit untuk menyadari diri bahwa tubuhkulah yang membuat kalian menilai aku aneh dan mulai takut padaku bahkan menjauhiku.
          Tolong, jangan jauhi aku. Jangan sakiti hati ini lagi. Jangan menambahkan dosa kalian lagi. Maaf, jujur aku sakit dan jujur aku tersiksa jika kalian masih menganggapku buruk. Biarkan aku hidup dengan caraku, wujudku, dan fikiranku. Bantu aku dalam menjalani hidup upnormalku.

1 comments:

Unknown said...

kisah ceritanya aku banget... semoga mereka sadar

Post a Comment