Mengingatmu
saja, sudah berhasil dengan mulus memporakporandakan hati ini... mengingat namamu, membayangkan wajahmu,
mulai berlari-lari diotakku yang pada akhirnya berhasil berlari kehatiku.
Dentuman-dentuman hati yang mulai tidak teratur, yang semakin berdegup saat
bayanganmu semakin nyata. Hanya dengan mengingatmu, yang kemudian kunyatakan
dalam hatiku, sudah berhasil membuatku memiliki degup jantung yang jauh dari
batas normal.
Membayangkanmu
selalu berhasil mengubah kebisingan sekitar menjadi sayupan melodi-melodi nyata
diudara, dengan bayangmu melatari melodi bagaikan sebuah konser recital dialamku... disaat aku jenuh dan merasa sakit kepala
dengan kebisingan disekitarku yang aku tak suka itu, aku hanya butuh
melantunkan namamu dalam hati dan seketika aku melihat bayangmu. Bayangmu yang
kemudian semakin nyata mulai melantunkan melodi-melodi indah khas bayangan
dirimu dihatiku. Seketika, kebisingan yang tak kusuka, berubah bagaikan konser
recital. Bagaikan dentingan-dentingan piano yang dimainkan dikonser recital
dengan panggung megah yang dilatari bayanganmu. Indah.
Aku
pernah jatuh cinta sebelum menjatuhkan cinta ini padamu. Tapi cinta yang
berbeda. Cinta yang tanpa perjuangan berarti seperti ini... kau memang bukan cinta pertamaku. Tapi
kau yang pertama kuperjuangkan. Sebelumnya, aku tidak pernah menerjang terjal
untuk jatuh cinta. Aku hanya perlu menunggu cinta yang kemudian meluncur mulus
dihadapku. Tapi kini, saat dimana aku menginginkanmu. Akulah yang justru harus
meluncur hebat bebatuan nan berpasir untuk bertemumu disebrang yang juga
kaulewati dengan gelap dan pijakan duri.
Karena
pada nyatanya, cinta tak hanya membutuhkan ketulusan. Sudah takdir alam jika
cintapun menuntut keadaan... aku
dan kamu. Kita. Aku jatuh cinta padamu yang juga jatuh cinta padaku. Namun,
pada nyatanya cinta tak sesimple saling jatuh cinta. Cintapun juga butuh sebuah
ketulusan kuat bagaikan malaikat yang membutuhkan sayap untuk terbang menuju
langit yang merupakan impiannya. Sejenak kemudian setelah kita mendapatkan
cinta, kita kembali mendapatkan ketulusan yang kita yakini bersama. Aku hanya
ingin dirimu yang juga berkata hanya inginkan diriku. Bahkan kita sudah
berjanji akan bersama jika semua syarat sudah terpenuhi. Syarat yang kembali
menjatuhkan harapan kita. Mematahkan sayap sang malaikat. Cinta. Ketulusan. Dan
keadaan. Kita tak dapatkan keadaan. Keadaan tidak mendukung kita. Atau lebih
tepatnya, belum. Dan kita, bersama, tetap menunggu saat dimana keadaan yang-merupakan-syarat-indah-terakhir-kita
tiba.
Aku
berhasil mengurungmu dihatiku tanpa memberimu celah sedikitpun untuk beranjak
pergi... kita bersama telah berjanji
untuk mengurung satu sama lain dihati masing-masing untuk menunggu happy ending
kita yang telah dalam perjalanan menghampiri kita. Dan aku, dengan yakinnya,
dengan tega tanpa ampun, mengurungmu kuat-kuat ditempatmu yang seharusnya.
Dihatiku. Bahkan, dengan kejamnya, aku akan tetap mengurungmu dibenteng
pertahanan hatiku walaupan happy ending kita telah tiba. Aku tidak akan segan
mempertahankanmu untuk tetap dihatiku. Bahkan aku rela jika setiap hari aku
harus memperkokoh bentengku dengan kepadatan super untuk membuatmu tetap
disini. Aku bisa. Selamanya. Lantas, mampukah kamu mengurungku? Ah, tanpa kau
kurung akupun, aku tidak akan mau keluar dari gubukmu. Biarpun mungkin gubukmu
tak sekokoh bentengku untuk mengurungku, aku tetap akan disana. Terkecuali kau
mengusirku, dan mendatangkan seorang malaikat lain yang menolongmu untuk lepas
dari bentengku.
0 komentar:
Post a Comment