“Aku sangat bahagia menjadi aku disisimu.”
“Benarkah?”
“Iya, tentu. Ku mohon, tetaplah disisiku sebagaimana aku dan kamu.”
“Pasti.”
“Aku pernah bermimpi
memiliki seorang kakak laki-laki yang bisa mengerti aku, yang bisa menemaniku saat
aku sedih dan tentu saja tidak menyebalkan seperti kakak laki-laki pada
umumnya. Dan sekarang, aku sedang bersama seorang kakak laki-lakiku menelusuri
hari bersama. Aku suka.”
“Kakak laki-laki?
Aku?”
“Ya... oh, tentu
bukan hanya itu. Aku juga sangat amat menyayangimu sebagai sahabatku yang
palingggg baik. Kau tau? Hanya kamu yang rela menghabiskan waktu berjam-jam
untuk menemaniku bercerita dan mengeluarkan semua yang aku ingin ceritakan.
Hingga akhirnya aku tertidur kelelahan karena ulahku sendiri yang terlalu
bersemangat bercerita. Haha.”
“Ada anggapan lain
lagi tentangku? Mungkin.”
“Hm... Kau kakak
laki-laki yang sangat amat ku idamkan. Kau juga sahabat yang paling mengerti
diriku. Ya, kau bisa menjadi dewasa saat aku butuh kau menjadi dewasa. Didetik
lain, kau bisa menjadi sahabat yang mengasikkan untukku.
“Hm...”
“Hei, jangan
melihatku begitu. Jangan melambung tinggi.”
“Oh, iya. Aku
sahabatmu dan kakakmu. Kira-kira, bisakah semua ini berubah? Aku tidak lagi
menjadi sahabat dan kakakmu. Mungkin bisa menjadi........”
“Oh, tidak! Kumohon
tetaplah menjadi kakak dan sahabat yang baik untukku. Jangan
coba-coba untuk tinggalkan aku!”
“Maaf, bukan begitu
maksudku.”
“Ku mohon,
berjanjilah padaku bahwa kau tidak akan merubah segalanya pada kita dan tetap
menjadi sahabat dan kakak yang baik untukku.”
“Jika aku berjanji,
kau akan bahagia?”
“Tentu! Selamanya.”
“Baiklah, aku tidak
akan meninggalkanmu dengan alasan apapun.”
“Lalu?”
“Yaa... aku akan menjadi sahabat dan
kakak laki-laki yang baik untuk wanita yang kini berada disampingku.”
“Selamanya?”
“Hm, ya. Selamanya.”