Pages

Sunday, March 10, 2013

Penyakit Ini Menghalangi


          Cepat atau lambat, kita tetap akan berpisah. Cepat atau lambat aku akan tetap meninggalkanmu. Jadi, buat apa kau menahanku untuk tidak mengakhiri hubungan yang sudah jelas kita ketahui akhirnya ini? Untuk apa lagi kita bertahan pada kebahagiaan yang sebentar ataupun lama akan berujung pada kesedihan?
          Aku. Seorang wanita berpenyakit yang akan meraungi ruang-ruang kosong otakmu setiap waktu. Cepat atau lambat, aku akan meninggalkanmu dengan lebel kematian. Aku lelah jika harus mengganggu segala kegiatanmu dengan munculnya aku diotakku sebagai wanita lemah yang kondisinya patut diperhatikan. Aku lelah jika dalam setiap kata dalam pesanmu, telfonmu, bahkan jika kita bertemu kau selalu memintaku untuk menjaga sisa-sisa kekuatan tubuhku yang pada dasar kenyataannya tidak bisa kupertahankan. Aku lelah jika harus merasa merepotkan dirimu, seseorang yang amat kucintai.
          Dalam mimpiku, disisa-sisa hidupku, aku hanya ingin melihatmu tersenyum selayaknya orang bahagia pada dasarnya. Bukan tersenyum seperti seseorang yang baru menemukan barang kesayangannya yang tetap berada ditempatnya saat ia tinggal pergi. Itulah tatapanmu saat kau melihatku. Senyum lega. Tanda kau menemukanku masih bernafas dan belum terbujur kaku ditempat tidurku. Disisi lain, aku jatuh cinta pada senyummu. Tapi dilubuk hatiku, aku kembali membenci kesadaranku yang muncul tiba-tiba saat kau tersenyum mengasihaniku.
          Kau tau? Aku ingin kau pergi tentu saja untuk kebaikkan kita. Aku ingin kau pergi dari pandanganku, agar aku tak perlu menahan rasa tak enak hatiku saat aku meropotkanmu karena penyakitku. Dan baiknya kau pergi dari sisikupun agar kau bisa bahagia dengan wanita yang sehat dan kalian bisa menjalani cinta yang normal seperti pasangan-pasangan lain diluar sana. Aku tau, saat kau berkata kau bahagia asal berada disisiku, itu tidak sepenuhnya pernyataan jujur. Aku tau yang seseungguhnya ingin kau katakan, bahwa kau bahagia jika berada disisiku, berjalan berdampingan denganku, bukan mendorong kursi rodaku dari belakang punggungku.
          Kau pergi. Itu yang terbaik.

0 komentar:

Post a Comment

Penyakit Ini Menghalangi


          Cepat atau lambat, kita tetap akan berpisah. Cepat atau lambat aku akan tetap meninggalkanmu. Jadi, buat apa kau menahanku untuk tidak mengakhiri hubungan yang sudah jelas kita ketahui akhirnya ini? Untuk apa lagi kita bertahan pada kebahagiaan yang sebentar ataupun lama akan berujung pada kesedihan?
          Aku. Seorang wanita berpenyakit yang akan meraungi ruang-ruang kosong otakmu setiap waktu. Cepat atau lambat, aku akan meninggalkanmu dengan lebel kematian. Aku lelah jika harus mengganggu segala kegiatanmu dengan munculnya aku diotakku sebagai wanita lemah yang kondisinya patut diperhatikan. Aku lelah jika dalam setiap kata dalam pesanmu, telfonmu, bahkan jika kita bertemu kau selalu memintaku untuk menjaga sisa-sisa kekuatan tubuhku yang pada dasar kenyataannya tidak bisa kupertahankan. Aku lelah jika harus merasa merepotkan dirimu, seseorang yang amat kucintai.
          Dalam mimpiku, disisa-sisa hidupku, aku hanya ingin melihatmu tersenyum selayaknya orang bahagia pada dasarnya. Bukan tersenyum seperti seseorang yang baru menemukan barang kesayangannya yang tetap berada ditempatnya saat ia tinggal pergi. Itulah tatapanmu saat kau melihatku. Senyum lega. Tanda kau menemukanku masih bernafas dan belum terbujur kaku ditempat tidurku. Disisi lain, aku jatuh cinta pada senyummu. Tapi dilubuk hatiku, aku kembali membenci kesadaranku yang muncul tiba-tiba saat kau tersenyum mengasihaniku.
          Kau tau? Aku ingin kau pergi tentu saja untuk kebaikkan kita. Aku ingin kau pergi dari pandanganku, agar aku tak perlu menahan rasa tak enak hatiku saat aku meropotkanmu karena penyakitku. Dan baiknya kau pergi dari sisikupun agar kau bisa bahagia dengan wanita yang sehat dan kalian bisa menjalani cinta yang normal seperti pasangan-pasangan lain diluar sana. Aku tau, saat kau berkata kau bahagia asal berada disisiku, itu tidak sepenuhnya pernyataan jujur. Aku tau yang seseungguhnya ingin kau katakan, bahwa kau bahagia jika berada disisiku, berjalan berdampingan denganku, bukan mendorong kursi rodaku dari belakang punggungku.
          Kau pergi. Itu yang terbaik.

0 comments:

Post a Comment