Ku fikir, akulah
seseorang yang dekat denganmu dengan embel-embel special dihatimu. Ku fikir,
aku seorang wanita yang beruntung yang mampu mendapatkan hatimu. Pada nyatanya,
perhatian yang selama ini kau berikan padaku memang hanya sebatas perhatian
singkat belaka. Tanpa ada rasa.
Kau tidak tau, saat
perhatian kecil yang kau tujukan padaku, seketika pemilik hati kecil yang
berdegup kencang ini begitu bahagia. Aku. Aku begitu berharap lebih pada
perhatianmu. Aku bahkan dengan yakinnya menunggu perhatian-perhatian lain yang
kembali kau tujukan padaku. Aku juga menunggu saat
dimana kau benar-benar mewujudkan mimpiku untuk menjadi satu-satunya pendamping
hidupmu.
Kemudian aku
tersadar, bahwa pada nyatanya perhatian yang kau tujukan padaku memang bukan
hanya untukku. Tapi juga untuk mereka diluar sana. Untuk mereka yang juga
mungkin memiliki harapan sepertiku. Ah, aku baru
menyadari kebodohanku setelah aku terlampau jauh masuk kejurang harapanku dan
terjatuh didalamnya hingga terluka dan tak mampu untuk memanjat kembali jurang
itu atau bahkan tak mampu berdiri.
Bayangkan saja, sudah
lama aku dan kamu menyimpan kedekatan kita. Kedekatan yang kufikir akan menjadi
kebersamaan. Kedekatan yang sebetulnya memang tidak wajar jika hanya disebut
sebatas kedekatan biasa.
Hanya akukah yang berharap lebih? Tidakkah kamu?
Memang tidak bisa
disalahkan jika pada dasarnya kau orang yang ramah kepada siapapun termasuk
aku. Tapi tentu saja akupun tidak begitu salah jika harapan ini muncul begitu
saja tanpa bisa ditahan kepada seseorang yang memang terlihat memberi harapan.
Memang akulah sang pengharap yang tak pasti. Bukan kamu yang menjadi sang
pemberi harapan palsu.
Saat melihat kau
dekat dengan yang lain, aku cemburu. Ada rasa aneh seketika yang menjulur
mendesir darahku. Namun aku kembali tersadar saat aku menyadari sosok dan
posisiku yang masih sama dengan wanita-wanita yang membuatku merasa aneh dan
tidak terima dengan kedekatannya denganmu. Kesadaran
itu semakin membunuhku. Aku bukanlah sosok specialmu.
Apa lagi yang harus
aku tak terima? Aku dan mereka hanyalah sesosok wanita yang butuh perhatian.
Mungkin.
Harusnya aku sadar,
cemburu ini tidak akan beujung pada kebahagiaan. Kecemburuanku ini akan terus
menjai rasa cemburu yang salah arah. Akan menjadi rasa cemburu yang tak tentu
alasan dan tidak didasari kepemilikan mutlak. Aku
disini hanyalah seseorang yang berharap sendiri tanpa diharapkan. Hanya
itu yang aku tau.
Disisi lain, aku
ingin menjauh untuk meredam harapanku yang semakin membuncah tak karuan saat
kau kembali memberiku secuil perhatian. Tapi saat perhatian itu tiba
dihadapanku, rasanya aku tak ingin hilang dari peredaranmu sekejap saja. Begitu
nyaman hidup didalam harapan yang kau bangun jika kau seolah sedang menguatkan
harapanku. Tapi begitu memilukan jika tersadar, aku terperangkap didalam
benteng harapan yang dimana terdapat banyak yang berharap sama sepertiku
didalamnya.
Saat ingin pergi
kesuatu tempat, saat ingin melakukan suatu kegiatan, ada rasa yang mendorongku
untuk melaporkan kegiatanku kepadamu. Tapi kembali rsa itu muncul...... siapa aku dimatamu hingga kau wajib mengetahui semua
kegiatanku. Rasa itu juga yang muncul saat aku tidak bisa menghubungimu
namun aku merasa wajib memberi kabar kepadamu. Ah.
Aku ingin pergi dari
peredaranmu jika itu satu-satunya jalan agarku tidak terperangkap dalam jeratan
harpan besar nan terlalu kuat dirapuhkan. Namun aku ingin tetap dekat denganmu
jika itu jalan satu-satunya untuk bisa mendapatkanmu suatu hari nanti dengan
membiarkanku terkurang diantara harapan tahanan lain bersamaku didalam bentang
harapanmu.
Siapa yang tau hatimu? Jika aku pergi, namun aku
begitu yakin kau juga mengharapkanku. Jika aku bertahan, sudah terlalu lama aku
hidup dalam harpan yang tak kunjung terkabul dan sampai kapan aku harus
menunggu semua hingga tiba.
Aku ingin tau segala isi hatimu agar
kebimbangan ini bisa menjadi kepastian.
Aku ingin tau segala isi hatimu agar
aku bisa menentukan jalanku selanjutnya.
0 komentar:
Post a Comment