Pages

Monday, March 11, 2013

‘Hanya’ Aku Sosok Specialmu?


            Ku fikir, akulah seseorang yang dekat denganmu dengan embel-embel special dihatimu. Ku fikir, aku seorang wanita yang beruntung yang mampu mendapatkan hatimu. Pada nyatanya, perhatian yang selama ini kau berikan padaku memang hanya sebatas perhatian singkat belaka. Tanpa ada rasa.
            Kau tidak tau, saat perhatian kecil yang kau tujukan padaku, seketika pemilik hati kecil yang berdegup kencang ini begitu bahagia. Aku. Aku begitu berharap lebih pada perhatianmu. Aku bahkan dengan yakinnya menunggu perhatian-perhatian lain yang kembali kau tujukan padaku. Aku juga menunggu saat dimana kau benar-benar mewujudkan mimpiku untuk menjadi satu-satunya pendamping hidupmu.
            Kemudian aku tersadar, bahwa pada nyatanya perhatian yang kau tujukan padaku memang bukan hanya untukku. Tapi juga untuk mereka diluar sana. Untuk mereka yang juga mungkin memiliki harapan sepertiku. Ah, aku baru menyadari kebodohanku setelah aku terlampau jauh masuk kejurang harapanku dan terjatuh didalamnya hingga terluka dan tak mampu untuk memanjat kembali jurang itu atau bahkan tak mampu berdiri.
            Bayangkan saja, sudah lama aku dan kamu menyimpan kedekatan kita. Kedekatan yang kufikir akan menjadi kebersamaan. Kedekatan yang sebetulnya memang tidak wajar jika hanya disebut sebatas kedekatan biasa.
            Hanya akukah yang berharap lebih? Tidakkah kamu?
            Memang tidak bisa disalahkan jika pada dasarnya kau orang yang ramah kepada siapapun termasuk aku. Tapi tentu saja akupun tidak begitu salah jika harapan ini muncul begitu saja tanpa bisa ditahan kepada seseorang yang memang terlihat memberi harapan. Memang akulah sang pengharap yang tak pasti. Bukan kamu yang menjadi sang pemberi harapan palsu.
            Saat melihat kau dekat dengan yang lain, aku cemburu. Ada rasa aneh seketika yang menjulur mendesir darahku. Namun aku kembali tersadar saat aku menyadari sosok dan posisiku yang masih sama dengan wanita-wanita yang membuatku merasa aneh dan tidak terima dengan kedekatannya denganmu. Kesadaran itu semakin membunuhku. Aku bukanlah sosok specialmu.
            Apa lagi yang harus aku tak terima? Aku dan mereka hanyalah sesosok wanita yang butuh perhatian. Mungkin.
            Harusnya aku sadar, cemburu ini tidak akan beujung pada kebahagiaan. Kecemburuanku ini akan terus menjai rasa cemburu yang salah arah. Akan menjadi rasa cemburu yang tak tentu alasan dan tidak didasari kepemilikan mutlak. Aku disini hanyalah seseorang yang berharap sendiri tanpa diharapkan. Hanya itu yang aku tau.
            Disisi lain, aku ingin menjauh untuk meredam harapanku yang semakin membuncah tak karuan saat kau kembali memberiku secuil perhatian. Tapi saat perhatian itu tiba dihadapanku, rasanya aku tak ingin hilang dari peredaranmu sekejap saja. Begitu nyaman hidup didalam harapan yang kau bangun jika kau seolah sedang menguatkan harapanku. Tapi begitu memilukan jika tersadar, aku terperangkap didalam benteng harapan yang dimana terdapat banyak yang berharap sama sepertiku didalamnya.
            Saat ingin pergi kesuatu tempat, saat ingin melakukan suatu kegiatan, ada rasa yang mendorongku untuk melaporkan kegiatanku kepadamu. Tapi kembali rsa itu muncul...... siapa aku dimatamu hingga kau wajib mengetahui semua kegiatanku. Rasa itu juga yang muncul saat aku tidak bisa menghubungimu namun aku merasa wajib memberi kabar kepadamu. Ah.
            Aku ingin pergi dari peredaranmu jika itu satu-satunya jalan agarku tidak terperangkap dalam jeratan harpan besar nan terlalu kuat dirapuhkan. Namun aku ingin tetap dekat denganmu jika itu jalan satu-satunya untuk bisa mendapatkanmu suatu hari nanti dengan membiarkanku terkurang diantara harapan tahanan lain bersamaku didalam bentang harapanmu.
            Siapa yang tau hatimu? Jika aku pergi, namun aku begitu yakin kau juga mengharapkanku. Jika aku bertahan, sudah terlalu lama aku hidup dalam harpan yang tak kunjung terkabul dan sampai kapan aku harus menunggu semua hingga tiba.
            Aku ingin tau segala isi hatimu agar kebimbangan ini bisa menjadi kepastian.
            Aku ingin tau segala isi hatimu agar aku bisa menentukan jalanku selanjutnya.

0 komentar:

Post a Comment

‘Hanya’ Aku Sosok Specialmu?


            Ku fikir, akulah seseorang yang dekat denganmu dengan embel-embel special dihatimu. Ku fikir, aku seorang wanita yang beruntung yang mampu mendapatkan hatimu. Pada nyatanya, perhatian yang selama ini kau berikan padaku memang hanya sebatas perhatian singkat belaka. Tanpa ada rasa.
            Kau tidak tau, saat perhatian kecil yang kau tujukan padaku, seketika pemilik hati kecil yang berdegup kencang ini begitu bahagia. Aku. Aku begitu berharap lebih pada perhatianmu. Aku bahkan dengan yakinnya menunggu perhatian-perhatian lain yang kembali kau tujukan padaku. Aku juga menunggu saat dimana kau benar-benar mewujudkan mimpiku untuk menjadi satu-satunya pendamping hidupmu.
            Kemudian aku tersadar, bahwa pada nyatanya perhatian yang kau tujukan padaku memang bukan hanya untukku. Tapi juga untuk mereka diluar sana. Untuk mereka yang juga mungkin memiliki harapan sepertiku. Ah, aku baru menyadari kebodohanku setelah aku terlampau jauh masuk kejurang harapanku dan terjatuh didalamnya hingga terluka dan tak mampu untuk memanjat kembali jurang itu atau bahkan tak mampu berdiri.
            Bayangkan saja, sudah lama aku dan kamu menyimpan kedekatan kita. Kedekatan yang kufikir akan menjadi kebersamaan. Kedekatan yang sebetulnya memang tidak wajar jika hanya disebut sebatas kedekatan biasa.
            Hanya akukah yang berharap lebih? Tidakkah kamu?
            Memang tidak bisa disalahkan jika pada dasarnya kau orang yang ramah kepada siapapun termasuk aku. Tapi tentu saja akupun tidak begitu salah jika harapan ini muncul begitu saja tanpa bisa ditahan kepada seseorang yang memang terlihat memberi harapan. Memang akulah sang pengharap yang tak pasti. Bukan kamu yang menjadi sang pemberi harapan palsu.
            Saat melihat kau dekat dengan yang lain, aku cemburu. Ada rasa aneh seketika yang menjulur mendesir darahku. Namun aku kembali tersadar saat aku menyadari sosok dan posisiku yang masih sama dengan wanita-wanita yang membuatku merasa aneh dan tidak terima dengan kedekatannya denganmu. Kesadaran itu semakin membunuhku. Aku bukanlah sosok specialmu.
            Apa lagi yang harus aku tak terima? Aku dan mereka hanyalah sesosok wanita yang butuh perhatian. Mungkin.
            Harusnya aku sadar, cemburu ini tidak akan beujung pada kebahagiaan. Kecemburuanku ini akan terus menjai rasa cemburu yang salah arah. Akan menjadi rasa cemburu yang tak tentu alasan dan tidak didasari kepemilikan mutlak. Aku disini hanyalah seseorang yang berharap sendiri tanpa diharapkan. Hanya itu yang aku tau.
            Disisi lain, aku ingin menjauh untuk meredam harapanku yang semakin membuncah tak karuan saat kau kembali memberiku secuil perhatian. Tapi saat perhatian itu tiba dihadapanku, rasanya aku tak ingin hilang dari peredaranmu sekejap saja. Begitu nyaman hidup didalam harapan yang kau bangun jika kau seolah sedang menguatkan harapanku. Tapi begitu memilukan jika tersadar, aku terperangkap didalam benteng harapan yang dimana terdapat banyak yang berharap sama sepertiku didalamnya.
            Saat ingin pergi kesuatu tempat, saat ingin melakukan suatu kegiatan, ada rasa yang mendorongku untuk melaporkan kegiatanku kepadamu. Tapi kembali rsa itu muncul...... siapa aku dimatamu hingga kau wajib mengetahui semua kegiatanku. Rasa itu juga yang muncul saat aku tidak bisa menghubungimu namun aku merasa wajib memberi kabar kepadamu. Ah.
            Aku ingin pergi dari peredaranmu jika itu satu-satunya jalan agarku tidak terperangkap dalam jeratan harpan besar nan terlalu kuat dirapuhkan. Namun aku ingin tetap dekat denganmu jika itu jalan satu-satunya untuk bisa mendapatkanmu suatu hari nanti dengan membiarkanku terkurang diantara harapan tahanan lain bersamaku didalam bentang harapanmu.
            Siapa yang tau hatimu? Jika aku pergi, namun aku begitu yakin kau juga mengharapkanku. Jika aku bertahan, sudah terlalu lama aku hidup dalam harpan yang tak kunjung terkabul dan sampai kapan aku harus menunggu semua hingga tiba.
            Aku ingin tau segala isi hatimu agar kebimbangan ini bisa menjadi kepastian.
            Aku ingin tau segala isi hatimu agar aku bisa menentukan jalanku selanjutnya.

0 comments:

Post a Comment